WartaNTT.com, Sabu Raijua – Kabupaten Sabu Raijua tercatat sebagai salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur yang setiap tahunnya selalu terdampak kekeringan.
Dari 58 Desa
dan 5 Kelurahan yang tersebar di 6 Kecamatan, Kecamatan Hawu Mehara (10 Desa)
menjadi daerah yang paling terdampak. Selain jumlah sumber mata air yang
terbatas di beberapa Desa, debit airnya juga terbatas.
Namun demi
memenuhi kebutuhan harian, sebagian warga harus rela menempuh jarak yang jauh
dengan medan yang sulit untuk mengambil air dari sumber terdekat.
Berbagai upaya Pemkab
Sabu Raijua melalui BPBD dengan distribusi air bersih serta pemanfaatan Dana
Desa terus dilakukan sebagai solusi ditengah keterbatasan anggaran.
Plt. Camat Sabu
Raijua, Welem Dimu Laga, kepada WartaNTT (13/8/2024) sampaikan harapannya agar
persoalan ini bisa segera teratasi.
Menurut Welem harga air bersih yang dibeli masyarakat untuk Desa-Desa yang jarak tempuhnya jauh dari lokasi Kecamatan Hawu Mehara, saat ini mencapai Rp.250 ribu hingga Rp. 300 ribu per tanki kapasitas 5.000 liter.
“Fakta lapangan selama ini bahwa dengan akses air bersih yang terbatas di Kecamatan Hawu Mehara, sehingga warga mau tidak mau, harus membeli air tangki untuk kebutuhannya. Sumber airnya (mobil tanki) dari Desa Ledeana di Kecamatan Sabu Barat”.
“Memang melalui Pemkab Sabu Raijua, saat ini kami dibantu pelayanan dengan 1 unit mobil tanki kerjasama program BRI Peduli. Harga airnya Rp.100 ribu hingga Rp. 150 ribu. Ini cukup membantu masyarakat mendapatkan akses air bersih namun jika permintaan meningkat tentu pelayanannya alami hambatan”.
“Untuk mobil
tanki lainnya diluar mobil tanki yang dikelola Kecamatan, harga airnya saat ini
Rp.250 ribu sampai Rp.300 ribu” ujarnya.
“Dari 10 Desa
yang ada di Kecamatan Hawu Mehara, memang semua Desa terdampak krisis air
bersih saat musim kemarau begini. Namun ada 5 Desa yang paling rawan yaitu Desa
Pedarro, Gurimonearu, Tanajawa, Ledeae dan Desa Lederaga” tambahnya.
Sementara itu informasi yang
diperoleh WartaNTT dari Plt. Sekcam Hawu Mehara, Frederikson Nguru, Kecamatan
Hawu Mehara saat ini terdapat 4.925 KK yang tersebar di 10 Desa.
Dimana untuk 5 Desa kategori
paling rawan baik Desa Pedarro (815 KK), Tanajawa (408 KK), Gurimonearu (330
KK), Ledeae (347 KK) dan Lederaga (510 KK).
Menurut Plt. Camat
Hawu Mehara, Welem Dimu Laga, BPBD Sabu Raijua telah turun lapangan untuk merealisasikan bantuan
program sumur bor dari BNPB RI tahun 2024 ini.
“Total ada 20 titik yang diusulkan oleh Desa-Desa
dimana setiap Desa mengusulkan 2 titik. Saat
ini baru terjawab 1 titik di Desa Ramedue, sedang berposes pengerjaannya” ujar
Welem.
Dirinya berharap persoalan air
bersih di Hawu Mehara bisa segera teratasi.
“Hal yang sangat kami harapkan
dari pemerintah pusat terutama ketersediaan tempat penampungan (tandon/toren) kapasitas
5.000 liter atau 6.000 liter sehingga bisa satu kali menampung air”.
“Masyarakat Kecamatan Hawu Mehara
sementara mengelompokkan diri di setiap titik penyaluran air itu rata-rata 10KK
sampai 20KK per titik. Warga juga dilema saat pengambilan air. Tentu ada
dinamika dilapangan dalam pemanfaatan air ini” ujarnya lagi.
Dilanjutkannya “Memang kami
dibantu oleh pemerintah daerah dalam hal ini BPBD dan melalui Dana Desa namun
anggaran yang tersedia masih terbatas. Kami harapkan bantuan dari pemerintah
ditingkat atas baik Pemprov NTT dan pemerintah pusat”.
“Terkait kepastian lahan titik
sumur bor, tidak ada keberatan dari pihak pemilik lahan dan masyarakat. Masyarakat
sudah bersedia membuat pelepasan hak sehingga pembangunan berjalan lancar”.
“Pemerintah Kecamatan menjamin dan bahkan sangat aman untuk melakukan hal tersebut” ungkap Welem. (DeW)
KOMENTAR