WartaNTT.com, Sumba Tengah – Sebanyak 4.051 Kepala Keluarga atau 16.885 warga
Kabupaten Sumba Tengah asal 17 Desa yang tersebar di 3 Kecamatan, menjadi
sasaran serangan hama belalang kembara dan perubahan cuaca ekstrim sejak awal
tahun 2022 yang berdampak pada kerusakan tanaman komoditi pertanian milik warga
hingga gagal panen.
“Sebagai langkah penanganan
dampak bencana ini, Pemkab Sumba Tengah telah menerbitkan keputusan Bupati
nomor 248/2022 tentang penetapan status keadaan darurat bencana serangan hama
belalang kembara dan perubahan cuaca ekstrim”.
“Kemudian Pemda juga telah
menerbitkan pernyataan tanggap darurat atas peristiwa ini, dimana masa tanggap
daruratnya ditetapkan sejak 13 Juni sampai dengan 30 September 2022” ujar
Herlin Rambu Day, Kabid Resos dan PJS dinas Sosial Kab. Sumba Tengah saat
dikonfirmasi WartaNTT, Rabu (21/9/2022).
Herlin melanjutkan
“Berdasarkan dokumen yang diterbitkan bupati ditambah dengan dokumen pendukung
lainnya, kami mengajukan permintaan pelayanan cadangan beras pemerintah (CBP)
bencana kepada pihak Bulog Waikabubak”.
“Jadi saat ini ada 17 desa
di 3 kecamatan yang kami distribusikan CBP. Penyalurannya sudah kita lakukan
sejak Senin kemarin (19/9) dan akan berakhir hari Rabu depan (28/9)”.
“Nanti Oktober akan kami proses lagi untuk SK pencairan tahap-2. Jadi terhadap permohonan bantuan yang diajukan desa-desa, setelah kami terima datanya masih akan dievaluasi lagi. Alokasi CBP yang menjadi kewenangan bupati itu hanya 100 ton dalam setahun” ungkap Herlin.
Dijelaskannya sejak awal tahun ini desa-desa yang merasa terdampak mulai menyurati Bupati cq. dinas sosial terkait bencana yang terjadi baik hama belalang kembara dan perubahan cuaca ekstrim.
“Berdasarkan data by name
by adress yang kami terima, dilakukan perhitungan jatah beras yang akan
diterima. Jadi perhitungannya saat ini 0,4Kg per hari x jumlah jiwa dalam rumah
x 7 hari”.
“Memang sejak bulan Juni dalam apel, pak Bupati sudah sampaikan kita bisa panen beras disini namun di wilayah pantura tetap perlu diperhatikan (potensi terdampak cuaca ektrim)”.
“Berdasarkan peta rawan
pangan yang kita miliki, desa-desa yang menjadi perhatian kita pada desa-desa
di jalur pantura meliputi kecamatan Mamboro, Umbu Ratu Nggay Tengah dan
kecamatan Umbu Ratu Nggay, termasuk juga 1 desa di Katiku Tana Selatan, itu
desa Konda Maloba, namun untuk tahap-1 ini Desa Konda Maloba belum
dialokasikan” ungkapnya.
Herlin R. Day juga
menghimbau desa-desa di Sumba Tengah khususnya yang terdampak bencana agar
segera menyampaikan data-data kepada bupati melalui dinas sosial.
Senada dengan Kabid Resos
PJS, Sekretaris Dinas Sosial Kab. Sumba Tengah, Umbu Ngaru., yang ditemui
WartaNTT (21/9) harapkan koordinasi di tingkat desa terus berjalan.
“Harapan kita ketika
terjadi bencana di desa, ada kerjasama yang baik antara masyarakat bersama
pemerintah desa dan Tagana. Sehingga ketika ada kejadian, koordinasi berjalan
baik termasuk dalam dokumentasi, pencatatan, hingga penyusunan laporan yang
disampaikan kepada pak bupati sebagai dasar pengambilan keputusan” ujarnya.
Berdasarkan data yang
diperoleh WartaNTT, 17 desa terdampak serangan hama belalang kembara dan
perubahan cuaca ektrim di Sumba Tengah meliputi Kecamatan Mamboro (1.193KK/5.604
jiwa) yakni
Desa Watu Asa, Cendana, Cendana Barat dan Susu Wendewa.
Kecamatan Umbu
Ratu Nggay Tengah (1.233KK/4.762
jiwa) yakni desa Weluk Praimemang, Holur Kambata, Sambali Loku, Kambata Ratu,
Maradesa Timur, dan Bolu Bokat Barat.
Serta Kecamatan Umbu
Ratu Nggay (1.625KK/6.519
jiwa) meliputi
desa Tana Mbanas, Tana Mbanas Barat, Tana Mbanas Selatan, Lenang, Lenang
Selatan, Ngadu Olu dan Soru. (Rcd)
KOMENTAR