Satgas Covid LEMBATA Sayangkan Sikap Keluarga Ambil Paksa Jenazah

 

WartaNTT.com, LEMBATA – Kejadian keluarga pasien positif Covid-19 asal Desa Pantai Harapan yang mengambil paksa jenazah AHA (Wanita/58 Thn) disayangkan oleh Satgas Covid-19 Lembata.

Padahal jenazah AHA sedang persiapan dishalatkan sebelum dibawa untuk dikubur oleh Satgas Covid Lembata di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Wulandoni.

Menurut direktur RSUD Lewoleba, suami dan anak dari AHA awalnya sudah menyetujui proses pengebumian sesuai protokes Covid, namun sayangnya diduga terprovokasi anggota keluarga lain sehingga keluarga tak sabaran mengambil alih jenazah tanpa melalui protokes.

Sementara disaat yang sama, surat keterangan hasil swab TCM sedang ditandatangani dokter penanggungjawab yang saat itu berada di poli Covid menangani pasien yang sedang diisolasi.

Hal tersebut disampaikan direktur RSUD Lewoleba, dr. Bernardus Yoseph Beda kepada wartawan, Minggu (31/01/2021) di ruang kerjanya.

“Ny. AHA merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Wulandoni. Tiba di RSUD Lewoleba 30 Januari, pukul 03.30 WITA dengan diagnosa GERD, Anemia dan Hipertensi terkontrol. Keadaan umumnya sakit berat dan kesadaran somnolen”.

“Pasien meninggal pukul 07.00 WITA dengan diagnosa ARDS berat, syok Kardiagenik, Sepsis dan konfirmasi Covid-19”.

“Penanganan saat pasien tiba di IGD RSUD sesuai SOP kemudian dilakukan Rapidtest Antigen pukul 04.30 WITA, hasilnya positif”.

“Awalnya keluarga sempat menolak hasil Rapidtestnya, namun diberikan penjelasan oleh dokter jaga bahwa untuk kepastiannya akan dilanjutkan dengan pemeriksaan Swab melalui TCM, dimana keluarga menerima hal ini.

Dilanjutkannya “Setelah hasil TCM keluar ternyata positif, kemudian dokter jaga sampaikan lagi kepada suami dan anaknya, dimana mereka menerima hasilnya termasuk soal penguburan sesuai protokol Covid” ujarnya.

“Kemudian proses administrasi kami berjalan, dimana dokter ahli akan berikan (tanda tangani) surat keterangan kematian beserta printout hasil pemeriksaan TCM”.

“Karena dokter ahli sedang lakukan pelayanan di poli Covid sehingga berkasnya dibawa kesana oleh petugas, namun dalam proses penandatanganan surat, tiba-tiba terjadi keributan dari IGD dan kemudian jenazah diambil dari ambulans di depan ruang jenazah”.

“Saat jenazah dari IGD dibawa ke ruang jenazah, ada pak Ustadz juga, dimana pak Ustadz minta untuk disholatkan jenazah dan kami sudah siapkan APDnya”.

“Pak Ustadz juga kaget karena tiba-tiba jenazah diambil keluarga dan kami juga kaget karena jenazah dibawa”.

“Kita bertanya-tanya kenapa keluarga, suami dan anaknya menerima (pengebumian sesuai protokol Covid-19), namun jenazah diambil keluarga” ujarnya menyayangkan.

dr. Bernard juga harapkan masyarakat tetap patuhi protokol kesehatan sebagai hal paling penting. “Menangani Covid-19 adalah urusan kita bersama tidak bisa hanya urusan orang kesehatan atau pemerintah saja” tambahnya. (Kris Kris)