Erupsi Ile Lewotolok-LEMBATA, Data Sementara 1.133 Ternak Sakit, 133 Mati

 

WartaNTT.com, Lembata – Kadis Peternakan Kab. Lembata, Petrus Kanisius Tuak, yang ditemui WartaNTT di Posko utama Satgas tanggap Darurat bencana erupsi Ile Lewotolok, Senin (7/12/2020) menjelaskan pihaknya telah melakukan pendataan sementara terhadap ternak milik warga 2 Kecamatan pasca erupsi Ile Lewotolok (29/11) lalu, dimana diketahui sebanyak 133 ternak mati dan 1.133 ternak lainnya dalam keadaan sakit. Pendataan masih akan berlanjut.

“Iya, sejak Rabu (2/12) sampai Sabtu (5/12) tim kami sudah lakukan surveilance di Kecamatan Ile Ape dan Kecamatan Ile Ape Timur. Hasil pengolahan data keadaan 6 Desember, tercatat 133 ekor ternak baik ternak besar maupun unggas yang mati. Ini baru data sementara, masih ada potensi bertambah jumlahnya” terangnya.

“Kemudian ada 1.133 ekor ternak dalam keadaan sakit. Ternak yang mati maupun sakit terbanyak itu dialami unggas jenis ayam”.

“Hasil pendataan sementara yang kami lakukan, penyebab kematian karena ternak terbelit tali, kemudian malnutrisi, banyak yang alami ganguan pernafasan akibat abu vulkanik, ada juga karena penyakit bawaan serta digigit hewan (anjing)”.

“Ternak warga terdiri dari Sapi, Babi, Kambing dan ayam. Tim sedang menyiapkan posko penerimaan pengaduan dari warga peternak” ujarnya.

Dirincikannya, untuk ternak yang mati terdiri dari Sapi (3 ekor), Kambing (10 ekor), Babi (13 ekor), dan Ayam (107 ekor). Sedangkan ternak yang alami sakit terdiri dari Sapi (83 ekor), Kambing (243 ekor), Babi (395 ekor), dan Unggas (412 ekor).

Pemkab Lembata sendiri menurutnya telah menyiapkan beberapa opsi penanganan terhadap ternak warga pasca erupsi Ile Lewotolok pada 29 November lalu.

“Ada 3 Opsi skenario penanganan yang disiapkan oleh Pemkab yakni  pemberian pakan khusus bagi ternak yang alami malnutrisi, kemudian beli putus ternak warga yang masih hidup, dan opsi ketiga itu evakuasi seluruh ternak”.

“Anggaran untuk pembelian pakan ternak sudah diverifikasi Inspektorat, dari rancangan anggaran yang kami ajukan, untuk sementara disetujui alokasinya sekitar Rp. 150 Juta. Anggaran ini masih bisa bertambah jika opsi-opsi penanganan dilakukan bersamaan” ujarnya. 

Sementara itu Sekda Lembata, Paskalis Ola Tapobali, yag ditemui terpisah kepada WartaNTT (7/12) mengatakan tim Dinas Peternakan telah melakukan rekapan hasil pendataan ternak terdampak diwilayah 2 Kecamatan. Dimana ada 133 ekor ternak besar maupun unggas yang mati.

“Bagi ternak yang mati akibat erupsi, sesuai pernyataan pak Bupati akan diganti, namun kematian ternak akibat 2 hal diatas (kelaparan/terlilit tali) belum disampaikan. Kebijakan penanganan terhadap ternak terdampak erupsi sebagaimana yang sudah disampaikan antara lain membeli pakan ternak atau beli putus ternak warga” ujarnya. (Kris Kris)