WartaNTT.com, Lembata –
Keluarga dari korban penganiayaan yang dilakukan oleh beberapa oknum prajurit
Koramil 1624-03/Lewoleba pada Minggu (8/11/2020), angkat bicara soal tindakan represif
diluar kendali yang dilakukan kepada Anso Lamabelawa (22 tahun).
Dilansir
dari kupang.tribunnews.com (10/11/2020) Marsel Lamabelawa, tidak menyangka anak
laki-lakinya dianiaya sejumlah oknum anggota TNI AD di markas Koramil Lewoleba,
Minggu (8/11/2020).
"Orangtua
mana yang tega melihat anak sendiri dianiaya begitu. Hati saya sakit
sekali," ungkap Marsel merasa sedih ketika ditemui wartawan di bilangan
CWC, Wangatoa, Selasa (10/11/2020).
"Kalau
kami tidak ikut ke sana maka kami tidak tahu lagi anak kami jadi apa,"
tandasnya.
Saat itu, Marsel sudah berupaya melakukan upaya negosiasi supaya anaknya tidak dipukul lagi, namun sia-sia. Malam itu juga, sekitar pukul 23.00 Wita, Marsel pun membawa anaknya pulang ke rumah dalam keadaan telinga mengeluarkan darah, wajah lebam, sesak napas dan menderita sakit pada bagian tulang rusuk.
Sementara itu advokat muda Lembata, Juprians Lamabelawa, yang juga merupakan kakak kandung korban, didaulat oleh keluarga sebagai kuasa hukum atas perkara penganiayaan yang menimpa adiknya.
Ditemui
sejumlah awak media, Selasa (10/11/2020), Jupri mengatakan keluarga korban sangat
menyesali tindakan represif yang dilakukan oleh beberapa prajurit TNI-AD
tersebut, mengingat selama ini hubungan kekeluargaan yang terjalin antara
keluarganya dengan TNI sangat baik, namun hubungan tersebut dinodai.
“Kalau korban hanya disuruh guling atau jungkir, keluarga akan menerima, namun ini dianiaya bukan dibina” terangnya.
Jupri
juga menceritakan bagaimana almarhum kakeknya (ayah dari ibunya) Sersan mayor Rafael Raya Atawatun semasa berkiprah dulu di Lewoleba dan meninggalkan pesan
bahwa TNI adalah bagian dari keluarga mereka sendiri.
“Kejadian yang menimpa adik saya sangat membuat ibu saya
terpukul”.
“Rencana keluarga agar perkara ini berproses secara hukum tanpa adanya dendam. Biarlah hukum yang mendidik para pelaku, sebagai bagian dari pembelajaran”.
“Sebagai kuasa hukum korban, kami diminta untuk mendampingi 2 korban penganiayaan
yang dilakukan oleh oknum prajurit Koramil 1624-03/Lewoleba, dimana di Lembata belum ada kantor Polisi Militer (PM) sehingga kami telah melaporkan kejadian yang terjadi kepada Polres Lembata dengan
harapan Polres akan berkoordinasi dengan PM
Ende atau PM Kupang untuk
menindaklanjuti sesuai ketentuan militer yang berlaku” ujarnya.
Dilanjutkannya “Laporan sudah disampaikan ke Polres Lembata malam
hari pasca korban kembali dari Koramil
Lewoleba (8/11). Korban 1 an. Anso Lamabelawa, dipukul dipinggir jalan, kemudian dibawa dan dianiaya di maKoramil
secara membabi buta oleh banyak personil. Luka
yang dialami korban yakni memar di bagian kepala, dihidung, adanya bekas sepatu di dada, perut, punggung, dan telinga sebelah kiri mengeluarkan darah”.
“Kemudian korban 2 an. Nasrudin Syarif, merupakan anggota keluarga yang ikut hadir di Koramil Lewoleba, juga
dipukul dan alami luka di bibir,
di punggung dan ditendang dengan sepatu dikaki”.
“Korban 2 diancam untuk ditembak, karena menegur oknum
Koramil yang memukul korban 1. Mendengar ancaman akan ditembak, Korban 2 bilang,
Pak, kalau kami benar, kami tidak takut ditembak. Senjata itu senjata milik
rakyat, dibeli pakai keringat rakyat, kami tidak takut. Kami ini juga keluarga
besar tentara, kami punya kakek mantan danramil disini. Mendengar jawaban
tersebut, beberapa anggota Koramil malah langsung memukul korban”.
“Keluarga sudah mengambil visum et repertum kepada 2 korban
tersebut” ujarnya menambahkan.
Dikonfirmasi
terpisah, Selasa (10/11/2020), Danramil 1624/03 Lewoleba, Mayor Chb M. Ichsan,
kepada sejumlah awak media mengatakan "Kepada pihak keluarga, kami juga sudah
sampaikan permohonan maaf baik secara pribadi maupun institusi atas kekeliruan
ini. Anggota kami juga harus diberi pembinaan,"
katanya saat acara tabur
bunga dibilangan Wangatoa.
"Mudah-mudahan
dengan pendekatan yang baik ini kita bisa berkomunikasi sehingga tidak
berkelanjutan lagi ke depan,
sehingga
semua bisa memahami kekhilafan masing-masing," ujarnya. (Kris
Kris)
KOMENTAR