WartaNTT.com, LEMBATA – Usai rapat koordinasi terbatas melalui video conference antara Gubernur NTT
bersama kepala daerah se-Prov. NTT terkait Percepatan
Penanganan Covid-19 di wilayah NTT, Senin
(31/03/2020), Pemkab Lembata ambil keputusan akan menyurati pihak terkait
berkenaan dengan pembatasan frekuensi Pelayaran Kapal penumpang PT. PELNI, ASDP,
maupun Kapal penyeberangan antar Pulau rute Lewoleba-Boleng (PP) maupun rute Lewoleba-Waiwerang-Larantuka
(PP).
Rencana tersebut disampaikan Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, ST.,MT melalui video
conference bersama Wakil Bupati Lembata dan Forkopimda Lembata, Selasa
(31/03/2020).
“Untuk akses transportasi laut bukan dibatasi
namun dikurangi frekuensinya
bagi kapal penumpang,
namun untuk arus kapal barang
tetap beroperasi setiap hari”.
“Kemudian berkaitan dengan penyediaan lokasi
karantina, agar diatur frekuensi kapal PELNI hanya berlayar per 2 minggu sekali, sehingga dapat ditampung penumpang di
lokasi karantina. Untuk Kapal
Penyeberangan antar Pulau mungkin dibatasi pelayarannya 2 hari sekali
atau 3 hari sekali” ujar Bupati
Lembata.
Dirinya menambahkan “Terhadap surat
TKBM Pelabuhan Lewoleba yang meminta
dukungan
APD, untuk
sementara APD hanya digunakan oleh tenaga medis, sehingga kita bantu fasilitasi penyediaan masker secukupnya serta siapkan air bersih dan sabun cuci tangan sehingga kegiatan bongkar muat berjalan normal di Pelabuhan”.
“Kemudian terhadap alokasi anggaran minimal Rp.
13 Milyar per Kabupaten/Kota
sesuai instruksi Gubernur, ketersediaan anggaran Pemkab Lembata saat ini dari realokasi anggaran hanya mencapai Rp.
12,5 Milyar
sehingga perlu dicari lagi Rp. 500 Juta untuk antisipasi”.
“Namun jika covid-19 benar terjadi di Lembata (adanya kasus positif Covid-19),
maka perlu anggaran lagi terkait cadangan dana kedepannya, karena fokus Rp. 12 Milyar peruntukannya bagi belanja alkes, fasilitas rumah sakit, operasional BBM petugas yang lakukan
screening dan sosialisasi ke Desa-Desa”.
“Untuk antisipasi dampak sosial ekonomi selama 2 bulan kedepan, akan dilakukan penguatan
ketahanan pangan lokal selain beras”.
”Terhadap kenaikan harga obat-obatan agar diantisipasi bersama. Harga bahan pokok yang naik saat ini hanya gula pasir. Kenaikan harga gula pasir disebabkan harga jual di Surabaya juga naik. Yang dikuatirkan jika tidak terjadi penyesuaian harga di Lembata dengan
harga beli di Surabaya, maka pedagang di Lembata tidak akan order sehingga
akan terjadi stop total pasokannya. Kita
akan gelar
rapat lewat Vicon
dengan menghadirkan para
pengusaha sehingga kebutuhan pokok tetap stabil diorder baik dari Surabaya maupun dari wilayah lainnya masuk ke Lembata”.
Dirinya melanjutkan “Yang utama saat ini adalah lakukan
pencegahan, edukasi dan sosialisasi social distancing termasuk pengaturan physical distancing di Pasar”.
“Saya juga ucapkan terimakasih kepada Kapolres Lembata yang telah melakukan penyemprotan
disinfektan. Dalam
waktu dekat kita berharap Pemkab
sudah bisa pengadaan cairan
disinfektan untuk digunakan oleh Polres dan instansi lainnya” ujarnya.
Sementara itu dalam
video conference Rakortas percepatan penanganan Covid-19 di wilayah NTT, Kapolda
NTT, Irjen Pol Hamidin minta agar setiap wilayah di NTT tidak laksanakan
lockdown.
“Kewenangan lockdown berada ditangan Pemerintah Pusat, namun kegiatan
yang dilaksanakan
Kepala Daerah adalah melakukan
hitung-hitungan terkait resiko setiap langkah yang akan diambil berlandaskan UU
6/2018. Jika maklumat
Kapolri dan regulasi Karantina kesehatan dilanggar, maka akan menjerat siapapun
yang melanggar sesuai ketentuan pasal
212, 216, dan pasal 218 KUHP”.
“Saya juga instruksikan agar tidak ada
anggota Polres yang izin tinggalkan wilayah. Jika izin meninggalkan wilayah
karena situasi darurat, maka saat kembali wajib isolasi diri” ujarnya menambahkan.
Danrem
161/Wirasakti, Brigjen
TNI Syaiful Rahman juga meminta
perhatian dari kepala daerah se-NTT dalam penerapan social distancing maupun
physical distancing.
“Perlu tingkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
melakukan kegiatan secara bersama oleh lintas instansi berupa pemberian
himbauan, atau himbauan dengan penekanan”.
“Saya berharap agar para Kepala Daerah bijak dalam pemberlakuan
karantina wilayah dengan tidak menutup Pasar atau warung-warung, namun diberlakukan pembatasan
operasional pasar atau sistem
take away (bawa pulang) bagi penjualan di warung/rumah makan”.
Dirinya melanjutkan “Tidak menutup kemungkinan
diwilayah NTT juga akan terdampak kasus Covid-19, namun perlu persiapan
diantaranya masyarakat yang mampu, agar tidak membeli barang secara borongan, serta
meningkatkan edukasi ketahanan pangan masyarakat dengan menanam sendiri
dipekarangan untuk kurangi konsumsi di pasar” ujarnya.
Sementara itu Gubernur NTT, Victor
Laiskodat mengultimatum para Kepala
Daerah agar menggunakan anggaran penanganan Covid-19 dengan benar dan
bertanggungjawab.
“Semua pemimpin daerah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Pemerintah Pusat, sehingga perlu ikuti instruksi
Presiden mulai dari langkah pencegahan berupa sosial distancing/physical
distancing untuk kepentingan bersama”.
“Saya minta agar penanganan Covid-19
dilaksanakan semaksimal mungkin mulai dari penyediaan anggaran di sektor
Kesehatan yang jelas. Perintah
Presiden agar seluruh
anggaran yang bisa dihentikan, agar dihentikan/dibatalkan. Saya akan minta Bpk. Presiden
untuk copot Kepala Daerah
yang bermain-main
dalam penganggaran penanganan
Covid-19”.
Gubernur NTT melanjutkan “Kita perlu syukuri
sampai hari ini kasus Covid-19 di NTT masih
negatif, namun perlu persiapan hal terburuk untuk antisipasi. Saya minta agar anggaran yang ada disiapkan dan dipertanggungjawabkan
mulai dari tenaga kesehatan maupun
peralatannya”.
“Untuk antisipasi dampak sosial dan ekonomi, saya minta setiap Kabupaten/Kota alokasikan anggaran minimal Rp. 13 Milyar. Program/kegiatan
yang tidak penting agar ditunda/dialihkan untuk akomodir bantuan sosial tunai bagi rumah tangga
miskin dan masyarakat rentan
miskin, bantuan pangan bagi masyarakat
miskin dan masyarakat rentan miskin, dan harus tepat sasaran dengan asumsi dalam tempo 6 bulan kedepan
s.d Oktober”.
“Dari Provinsi kami menyiapkan anggarkan sekitar Rp. 270
Milyar untuk 6 bulan kedepan dan akan bersama-sama dengan Pemerintah Kab/Kota
dalam menangani masalah sosial dan ekonomi di wilayah NTT”.
“Bagi pelajar tetap lakukan belajar dari rumah s.d 21 April sesuai
instruksi Pemerintah
Pusat, dan melaksanakan
Work From Home bagi ASN s.d 21 April,
namun
bagi pemangku kebijakan agar tetap berada dikantor untuk mengambil langkah sehingga pembangunan tidak macet”.
Terkait rencana penutupan
Bandara, Gubernur NTT dengan tegas mengatakan “Menutup Bandara adalah urusan Pemerintah Pusat, tidak boleh Pemkab tutup bandara. Kita akan usulkan kepada Pemerintah Pusat untuk pertimbangkan
akses pelayaran kapal agar dikurangi.
Penutupan bandara adalah kewenangan Pemerintah Pusat, karena kita butuh APD, obat-obatan
dan sebagainya” ujarnya menambahkan. (Kris Kris)
KOMENTAR