WartaNTT.com, LEMBATA –
Pemilihan dan penetapan pariwisata sebagai leading sector pembangunan di
Kabupaten Lembata dimasa pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Eliaser
Yentji Sunur-Thomas Ola Langoday (periode 2017-2022) semakin menunjukkan titik
terang.
Beragam
upaya eksplorasi potensi untuk pengembangan wisata serta upaya memviralkannya
melalui media sosial terus dilakukan guna meningkatkan penerimaan bagi daerahnya,
meskipun sebagian masyarakat merasa “keberatan” dengan beberapa langkah yang ditempuh
oleh kedua pemimpin ini.
Mengambil
tempat di Hotel Palm Indah, Senin (17/6/2019) Pemkab Lembata melalui Dinas
Budpar menggelar Pelatihan
Tata Kelola Destinasi Pariwisata yang dihadiri Himpunan
Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Lembata, pengelola hotel, pengelola tour and travel, pelaku
ekonomi kreatif, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) 9 Kecamatan, dan dive
operator.
Kegiatan yang dilaksanakan tersebut merupakan
tindaklanjut jalinan kerjasama antara Pemkab Lembata dengan pihak STP Nusa
Dua-Bali serta dihadiri pula pihak Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata
Indonesia (ASITA) Bali sebagai narasumber kegiatan yang akan berlangsung selama
3 hari kedepan.
Bupati
Lembata, Eliaser Yentji Sunur, ST.,MT dalam sambutan yang dirangkaikan dengan
pemaparan materi Kebijakan
Pemkab membangun daerah dalam perspektif pariwisata, mengharapkan pelaku usaha pariwisata yang
tersebar di Lembata dapat berkontribusi memajukan Lembata.
“Beberapa bulan yang lalu kita sudah bekerjasama dengan menggandeng Sekolah Tinggi
Pariwisata (STP) Nusa Dua-Bali untuk membantu menangani kebijakan pemerintah dalam pengembangan
destinasi pariwisata di daerah
kita yang jumlahnya cukup banyak. Kita berharap
arahan-arahan yang disampaikan memberi dampak positif bagi kemajuan pariwisata
Lembata”.
“Para pelaku usaha pariwisata yang ada di Lembata tidak boleh hanya menggantungkan
diri kepada Pemerintah, karena berbicara soal pariwisata berbicara soal bisnis, sehingga perlu dikembangkan secara mandiri agar bernilai”.
“Pemerintah tidak mengambil alih, tugas pemerintah memfasilitasi akses dan fasilitas di tempat-tempat yang dianggap point dari pariwisata di Lembata, selanjutnya menjadi peran para pelaku usaha bergerak secara kreatif dan inovatif”.
“Kita sadari bahwa pelaku usaha pariwisata masih belum memanfaatkan setiap event/festival pariwisata yang dilakukan pemerintah, sehingga harapan saya dengan pelaksanaan kegiatan saat
ini, seluruh pelaku usaha dapat menangkap peluang yang ada. Mudah-mudahan melalui
pelatihan yang diberikan memberikan kemampuan untuk mengelola destinasi
pariwisata yang ada di Lembata”.
“Peran
pemandu wisata (guide) juga menjadi point tersendiri, dan harus dipastikan
semua pemandu wisata yang ada di Lembata wajib mempunyai pengetahuan dasar yang
sama terhadap objek wisata yang ada di Lembata. Tidak boleh penyampaian pemandu
wisata yang satu berbeda dengan yang lain, sehingga wisatawan baik lokal maupun
mancanegara yang mengunjungi Lembata juga menerima informasi yang sama tentang
Lembata” ujarnya.
Yentji Sunur
melanjutkan “Saat ini terdapat 4 titik
pengembangan pariwisata Lembata
dengan lokasi fokus kegiatan di Bukit Cinta. Pusat kegiatan apapun akan disajikan di Bukit
Cinta yang saat ini sedang fokus dilakukan pembangunan. Sampai tahun 2020
dilakukan pembangunan di lokasi Bukit Cinta selanjutnya beralih ke lokasi
lainnya. Kita akan bermitra dengan APBD Provinsi dan APBN”.
“Untuk pengembangan destinasi wisata di
Awololong, kita sudah punya kapal wisata, cerita budaya tetap kita lestarikan,
aspek budaya tetap berjalan, nilai ekonomi tinggi, orang memilih siput disana
bebas, kemudian bisa singgah di kulinernya untuk diolah dan dibawa pulang,
pedagang-pedagang sayur di pasar Lewoleba juga bisa berdagang diatas sampan, karena
direncanakan tahun depan (2020) Pemkab akan pengadaan sampan yang memiliki bilik
untuk memasak guna mendukung destinasi Awololong”.
“Kita harus akui bahwa kemampuan keuangan daerah
kita masih sangat kecil untuk membiayai segala kebutuhan dasar masyarakat,
sehingga pemerintah perlu kreatif dan inovatif mengelola potensi-potensi SDA yang
dapat berkontribusi terhadap peningkatan PAD, sehingga perlu kolaborasi antara
pemerintah, stakeholder terkait dan masyarakat”.
“Dalam waktu dekat akan dilaksanakan event Festival 3
Gunung (F3G) 2019 sehingga
saya minta agar pelaku
usaha menjadi partner pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan pariwisata secara
berkelanjutan” ujarnya
menambahkan.
Bertindak sebagai narasumber dalam Pelatihan tersebut yang berlangsung yakni I Nyoman Sudiksa, A.M.Par.,SE.,M.Par, Dosen STP Nusa
Dua-Bali
juga selaku Tim Percepatan Pembangunan Kabupaten Lembata bersama 6 orang lainnya dari STP Nusa Dua
serta Tjok Bagus Wira Pemayun selaku Wakil Kepala lingkungan dan Kebudayaan ASITA Bali. (Kris
Kris)
KOMENTAR