WartaNTT.com, LEMBATA – Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) semester I tahun 2022 Kabupaten Lembata yang dirasa rendah, menjadi sorotan anggota DPRD Lembata.
Beberapa
anggota dewan terhormat bahkan mengkritisi kinerja pimpinan OPD yang dianggap
tidak cakap dalam menjalankan tanggungjawabnya.
Ironisnya
meskipun sudah pernah dilakukan penandatanganan pakta integritas dalam
pelaksanaan tugas dihadapan kepala daerah, namun masih saja dirasa jauh
panggang dari api. Bahkan mereka meminta sikap tegas Pj. Bupati Lembata segera
evaluasi hingga keputusan copot jabatan.
Hal
tersebut disampaikan beberapa anggota DPRD Lembata kepada WartaNTT pasca membaca isi dokumen Ringkasan
Laporan Realisasi
Semester I APBD tahun 2022 serta Prognosis 6 Bulan Berikutnya, Senin (8/8/2022) di ruang Fraksi Amanat Persatuan-gedung Peten Ina.
Paulus
Toon Tukan dari Fraksi Demokrat S14P, merasa pesimis target bisa terkejar.
“Kalau
saya menilai dari target-target PAD selama ini, terkesan para kepala OPD hanya
mau supaya angkanya itu waow, tetapi strategi apa yang dilakukan bagaimana
meningkatkan PAD itu lemah”.
“Kalau
saya bicara sebagai anggota dewan namun tidak mewakili fraksi, kepala OPD ini
dapat saya cap malas untuk mencari inovasi meningkatkan PAD”.
“Kita
lihat saja pengalaman tahun-tahun kemarin. Target 100 (Rp. 100 Milyar) turun 60
(Rp. 60Milyar). Target 60 turun 30an, target terakhir 54 (sekitar Rp. 54 Milyar
di TA 2022) malah realisasinya yang sudah masuk akhir tahun anggaran ini
tersisa beberapa bulan saja baru sekitar 17 (Rp. 17 Milyar)”.
“Saya
sangat pesimis target ini bisa tercapai”.
“Saran saya kepada pak Pj.
Bupati, terhadap pimpinan OPD yang target PADnya besar namun realisasinya bahkan ada yang sampai 0%
harus diberikan catatan khusus bahkan ganti saja kalau memang tidak mampu.
Jangan sudah duduk dan emban amanah namun tidak bisa berusaha memenuhi target
yang dibuat oleh instansinya sendiri. Diganti saja kalau tidak mampu” ujar Toon
Tukan.
Frits juga mengkritisi dokumen pemerintah yang selalu
terjadi perbedaan angka-angka yang disajikan.
Hal ini menurutnya berulang terjadi.
“Di lembaran persetujuan kemarin saat Paripurna, angkanya
yang begitu vital itu saja selisih. Kalau mau dibilang itu human error, namun
ini berulang terus setiap tahun terjadi hal yang sama” tambahnya.
Senada
dengan Frits Tukan, anggota Fraksi Amanat Persatuan dari Partai PERINDO,
Samsudin., juga merasa pimpinan OPD kurang berinovasi.
“Meskipun
mereka (pimpinan OPD) sudah berupaya semaksimal mungkin dengan realisasi hanya
sekitar 30an% saja di periode ini, memang terlihat mereka tidak banyak memiliki
inovasi agar target terpenuhi”.
“Ada
hal yang menarik berkaitan dengan target-target PAD yang selama ini kita
perhatikan, seperti Weilain. WeiLain itu di dinas Perhubungan salah satu targetnya
sekitar 3 Milyar walaupun disana belum terpasang SR-nya (sambungan rumah) ini
yang menjadi masalah, inovasi ini yang tidak dilakukan tetapi sudah terpakai
sebagai salah satu sumber pendapatan”.
“Kemudian
di dinas Pariwisata, contoh di Bukit Cinta (BCL) itu puluhan milyar yang
digelontorkan tetapi sampai dengan hari ini saya belum pernah mendengar berapa
realisasi PAD yang dihasilkan dari sana”.
“Jika
polanya seperti ini maka pemerintah daerah saya anggap hanya pintar membelanjakan
uang namun strategi untuk menghasilkan PAD minim inovasi”.
“Kami
berharap kepada Penjabat Bupati agar mengevaluasi kinerja para pimpinan OPD
ini, apalagi mereka sebelum menduduki jabatan sudah menandatangani pakta
integritas”.
“Harapan
kita di lembaga DPRD pada saat rapat kerja setidak-tidaknya masing-masing OPD
menyampaikan inovasi apa yang harus dilakukan agar PAD minimal terealisasi 85%
hingga 90%”.
“Jika
dibiarkan terus (target tinggi namun realisasi PAD minim), sama dengan
memberikan kesempatan kepada OPD untuk tidur nyenyak dan tidak akan berpikir
bagaimana untuk meningkatkan PAD”.
Ditambahkannya
lagi “Dalam dokumen ini saja (ringkasan laporan realisasi semester I APBD 2022)
kalau dilihat pada tabel kolom realisasi dan kolom prognosisnya, angkanya (realisasi
PAD) berbeda”.
“Ini
saya anggap kebiasan buruk yang selama ini yang kita perhatikan berkaitan dengan OPD khususnya OPD yang menyusun dokumen ini. Pada kolom realisasi PAD angkanya
berbeda dengan kolom prognosis. Bukan disini saja tetapi beberapa dokumen lain
juga seperti ini. Jika sistem pelaporan pemerintah seperti ini, mana yang kita
percaya angkanya di kolom 4 (Rp. 17.857.859.368,83-) atau di kolom 6 (Rp.
16.790.027.7944,85-)” ujar Samsudin.
Sementara
itu Ketua Fraksi Amanat Persatuan, Laurensius Ola., yang juga merupakan ketua
DPD PAN Kab. Lembata, harapkan Penjabat (Pj) Bupati dapat evaluasi kinerja
bawahannya.
“Terkait dengan PAD, ini bukan baru tahun ini saja
realisasinya rendah, bahkan hampir setiap tahun realisasinya hampir dibawah
50%. Kalau melihat realisasi 6 bulan pertama ini yang capaiannya baru mencapai
30an% saya juga pesimis target dari PAD bisa tercapai”.
“Ini mesti adanya suatu inovasi. Ada pakta
integritas yang ditandatangani, namun riilnya juga masih seperti ini”.
“Saran saya kepada pak Penjabat agar dapat mengevaluasi kinerja dari setiap OPD yang capaiannya masih minim. OPD-OPD ini kelihatannya di depan pak bupati mereka nyatakan bisa untuk mencapai target, tapi sekembalinya ke kantor kita tidak tahu apakah dibahas lagi bersama pejabat dibawahnya atau tidak” ujar Laurens Ola. (Kris Kris)
KOMENTAR