WartaNTT.com, LEMBATA – Para dokter yang menangani
pasien Covid di Kabupaten Lembata baik dari RSUD Lewoleba, RS Damian, RS Bukit,
bersama dokter di 9 Puskesmas termasuk para kepala Puskesmas sampaikan beragam
keluh kesahnya, Senin (26/07/2021) dalam rapat Satgas Covid-19 yang dipimpin
Plt. Bupati Lembata, Dr. Thomas Ola Langoday.
Keluhan yang
disampaikan tidak hanya terhadap penanganan pasien maupun jenazah covid, namun juga
persoalan rendahnya kesadaran masyarakat patuhi prokes, progres vaksinasi di
tingkat Desa, penolakan keluarga pasien dan ancaman terhadap nakes dalam
bertugas, warga takut di tracing, pasien isolasi mandiri (isoman) yang
keluyuran bebas, kurangnya tenaga teknis lainnya (pendukung), stok oksigen dan
perangkat pendukung yang minim, warga takut berobat di faskes yang ada, nakes
yang masih jalani isoman namun tidak mendapatkan perhatian, hingga hak-hak
keuangan nakes yang belum diperoleh, termasuk potensi masuknya varian delta
saat akses transportasi dilonggarkan ditengah fasilitas rumah sakit yang minim
dan tingginya warga yang abaikan prokes.
Saat diberi
kesempatan, secara bergantian para nakes ini menyampaikan kendala yang dihadapi
dalam penanganan pandemi covid, dimana hal yang paling berat menurut mereka
adalah sikap acuh warga patuhi prokes, menolak divaksin, tak percaya dengan
vonis Covid, bahkan terpengaruh dengan berita hoax di medsos sehingga
beranggapan para nakes mengcovidkan pasien guna mendapat keuntungan.
Merekapun minta
keterlibatan aktif satgas tingkat kelurahan/desa bersama aparat keamanan dalam
mengoptimalkan kembali sosialisasi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
terkait bahaya Covid-19 dan manfaat Vaksinasi, termasuk memberikan jaminan keamanan bagi para
nakes dalam bertugas.
Menjawab para nakes, dr. Thomas Ola Langoday memastikan keluhan yang
disampaikan akan ditindaklanjuti dan berharap sinergitas Satgas Desa/Kelurahan
bersama TNI-Polri dalam mendukung tugas para tenaga kesehatan yang ada,
termasuk juga diminta dukungan DPRD berkaitan dengan insentif nakes, dan
pengadaan peralatan pendukung yang dibutuhkan RSUD dan dinkes dalam penanganan
pasien Covid.
“Saya
ingin tahu apakah para dokter bahagia atau tidak dalam berikan pelayanan” tanya
Thomas Ola diawal kegiatan.
“Jika
bahagia maka pasien bisa cepat sembuh. Oleh karena itu kita semua yang hadir
disini mau mendengar cerita baik sukses dan gagal dalam penanganan Covid-19 ini di wilayah (Kecamatan) masing-masing,
karena nakes berhadapan langsung dengan
pasien bahkan ikut bertaruh nyawa. Saya juga berterima kasih atas dedikasi para
nakes dengan penuh kasih selama ini.” ujarnya
Sementara itu aparat TNI-Polri pastikan akan backup keamanan di setiap
rumah sakit dan Puskesmas yang ada, siap terlibat aktif dalam pengawasan pasien
isoman bersama satgas Desa/Kelurahan, serta menindak tegas sesuai aturan hukum
(undang-undang kekarantinaan kesehatan) terhadap pelanggaran yang terjadi
termasuk upaya paksa mengambil pasien/jenazah.
“Pak Kapolda sudah perintahkan untuk kita ambil tindakan tegas sesuai
undang-undang karantina kesehatan, apalagi sampai ada yang merampas pasien”
ujar Wakapolres Lembata, Kompol Johanis C. Tanauw.
direktur RSUD Lewoleba, yang dihubungi WartaNTT terkait persoalan mesin
pengisian oksigen menyampaikan “Untuk mesin oksigen di RSUD yang rusak itu
dulunya bukan pengadaan dari rumah sakit, itu pengadaan dari dinkes yang
dihibahkan ke rumah sakit”.
“Tahun 2010 mesin itu masih bisa menghasilkan oksigen, kemudian
kondisinya semakin kurang baik sehingga produksinya dari 16 tabung per hari
turun hingga 4 tabung”.
“Tahun 2011 sempat diperbaiki oleh teknisi namun kondisi mesinnya juga
tidak baik kemudian rusak total hingga sekarang, meskipun sudah 2 kali
dilakukan perbaikan. Saat kita hubungi teknisinya untuk perbaikan yang ketiga
kali, mereka sarankan untuk mesinnya diganti yang baru”.
Dilanjutkannya “Selama mesin tidak berfungsi, kita di bantu oleh pihak
ketiga (PT.51) hingga sekarang untuk suplai oksigen dan kita sudah sampaikan
untuk rumah sakit tidak boleh ada kekurangan pasokan oksigen”.
“Untuk pengadaan mesin oksigen direncanakan
yang spesifikasinya lebih baik mungkin yang buatan Jerman seperti yang dimiliki
pihak ketiga karena kualitas barangnya bertahan lama sejak tahun 2010 digunakan
sampai sekarang masih beroperasi.
“Untuk pasokan rutin oksigen
sudah kita komunikasikan dengan PT.51 sehingga tiap kali ada kekosongan tabung
maka langsung didistribusi” ujarnya menerangkan. (Kris Kris)
KOMENTAR