WartaNTT.com, LEMBATA – Ratusan masyarakat Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung dari berbagai usia
penuhi pantai Bnebong, guna ambil bagian dalam Festival Guti Nale (Tangkap Cacing Laut) 2020 Kabupaten Lembata, Sabtu
(15/02/2020).
Dengan bermodalkan Tmenaj (tempat simpan Nale berbahan
anyaman lontar bertali yang digantungkan ke leher) yang telah disiapkan untuk
turun melaut, serta sebuah Sebe Nale
(sejenis bakul tertutup untuk menampung Nale yang dipindahkan dari Tmenaj) yang
disiapkan di pesisir pantai, peserta Festival Guti Nale duduk berjejer
disepanjang pantai Bnebong.
Festival yang digelar untuk
ke-2 kali ini mampu menghipnotis warga Kota Lewoleba yang penasaran dengan tradisi
masyarakat Nagawutung serta terpikat dengan kelezatan Nale turut ikut ambil bagian dalam Guti Nale 2020.
Pantauan WartaNTT, Sejak
Pukul 18.00 WITA peserta Festival mulai memadati pantai Bnebong yang berjarak
sekitar 800 meter arah utara dari Pantai Watan Raja yang menjadi lokasi seremonial
pembukaan Festival Guti Nale.
Terlihat 2 orang juru
pantau (Seto Nale) dari Suku Ketupapa
dan Suku Ata Kabelen) sambil memegang
daun lontar yang terbakar, melakukan tugas mengawasi dengan teliti kemunculan
Nale dipesisir Pantai.
Tiba-tiba teriakan nyaring
Seto Nale "Duli Gere, Duli Gere"
memecah kesunyian malam, disambut kemeriahan peserta Festival berhamburan masuk
ke laut menangkap Nale menggunakan kedua tangan sambil berucap “Duli Gere”.
Pukul 20.00 WITA kegiatan
berakhir dengan berbagai cerita bahagia. Meskipun hanya turun melaut 1 jam, raut
wajah bahagia terpancar jelas dari para peserta Festival bahkan berjanji
untuk kembali ke Desa Pasir Putih.
Pemandangan yang unik ini
tentunya menceritakan bahwa kedaulatan Tuhan atas alam memberikan nilai yang
hakiki akan pentingnya menjaga tradisi leluhur secara santun.
Berminat tangkap Nale? Jangan lupa kunjungi Lembata Februari
2021 mendatang.
Bupati LEMBATA : 2021, Pasir Putih Sudah Mandiri Gelar Guti Nale
Sementara itu Bupati Lembata, Eliaser
Yentji Sunur, ST.,MT dalam pembukaan
Festival Guti Nale 2020, Sabtu (15/02) dihadapan masyarakat Desa Pasir Putih,
berharap tahun depan pelaksanaan kegiatan ini sudah mandiri digelar Desa Pasir
Putih dimana peran Pemerintah Daerah sangat berkurang namun tetap mensupport anggaran.
Yentji Sunur berharap melalui mekanisme ini, BUMDes mulai
ambil peran optimal dalam pemberdayaan masyarakat.
“Kegiatan
ini dalam rangka eksploitasi hal-hal yang ada di Desa sejalan dengan kebijakan
dalam rantai ekonomi #Lembata
2.0 khususnya travel
village.
“Dalam travel village adanya kegiatan
pengembangan struktur budaya dan pengembangan atraksi dalam rangka tetap
menjaga tradisi budaya sehingga tetap terpelihara dan beregenerasi”.
“Saya harap tradisi yang ada bukan hanya menjadi milik orang-orang tua, namun perlu dituturkan kepada generasi muda sehingga dapat mewariskan budaya leluhur”.
“Event ini bukan milik Kabupaten, diharapkan sejak
tahun depan
Desa Pasir Putih yang bertindak selaku penyelenggara event sementara peran
Pemkab bergeser hanya selaku penyedia anggaran”.
Dirinya melanjutkan “Seluruh masyarakat agar
aktif dan terlibat dalam pengembangan wisata ini kedepan melalui BUMDes sehingga uang mengalir atau berputar dalam Desa”.
“Saya minta juga Desa Pasir Putih tidak
malu untuk belajar dari Desa-Desa lainnya di Lembata yang pariwisatanya sedang berkembang guna pengembangan
pariwisata Desa Pasir Putih”.
“Pemerintah akan evaluasi pelaksanaan
kegiatan saat ini guna pengembangan atraksi. Kedepan ada beberapa atraksi yang perlu dipoles sehingga menjadi daya tarik wisatawan. Saya harap jika ada evaluasi
yang dilakukan Pemerintah
terkait sentuhan atraksi wisata agar
diterima dengan baik” ujarnya.
Pantauan WartaNTT sejak
pagi hari digelar ritual memberi makan roh leluhur pada 3 tempat sakral oleh
tetua adat suku Ketupapa dan
Suku Ata Kabelen bertempat di Nana
Waitobi Koker ikan Nale, Duliulu, serta di kubur Kakek Blawa yang terletak di
area Pantai Watan Raja disaksikan Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD, pimpinan
OPD dan peserta Festival. (Kris Kris)
KOMENTAR