Warga
Kampung adat Ratenggaro meminta pemerintah daerah untuk membantu masyarakat memfasilitasi
kampung adat dengan penerangan yang cukup. Hal tersebut dikarenakan kampung
adat Ratenggaro telah menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan dan
favorit di Sumba Barat Daya. Hal tersebut disampaikan oleh bapak Martinus,
salah seorang tokoh masyarakat Ratenggaro ketika ditemui media ini di situs
kampung adat Ratenggaro Sabtu (06/10) kemarin.
Kampung adat
Ratenggaro terletak di Kecamatan Bondo Kodi Desa Maliti Bondo Ate Kabupaten
Sumba Barat Daya, terkenal sebagai salah satu destinasi wisata lengkap di
Kabupaten Sumba Barat Daya. Di tempat ini para wisatawan dapat menikmati berbagai suguhan kebudayaan mulai dari bentuk rumah yang masih sangat asli, sampai berbagai macam karya kerajinan tangan khas
Sumba yang dijajakan di sana. Selain itu letaknya yang persis di pinggir pantai
Ratenggaro menambah nilai kampung ini sebagai lokasi wisata favorit bagi para
wisatawan baik domestik maupun Mancanegara.
Kebutuhan
akan penerangan ini dibenarkan oleh
Kepala Desa Maliti Bondo Ate Matius Ra Katoda. Dirinya mengatakan bahwa sampai
dengan saat ini jaringan PLN belum sampai di kampung Adat yang merupakan bagian
dari desa Maliti Bondo Ate tersebut. Namun demikian pihak desa sudah
berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten untuk
kebutuhan tersebut. “Saya sudah koordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten
SBD untuk membantu memfasilitasi kampung adat Ratenggaro berupa penerangan
supaya keluarga dalam satu rumah adat bisa melakukan aktivitas mereka pada malam hari dan
mengerjakan kerajinan-kerajinan tangan yang hendak diperjual belikan kepada para tamu yang datang keesokan harinya”
katanya.
hasi kerajinan tangan yang dijajakandi kampung Ratenggaro |
Menurut Matius
tempat wisata kampung adat Ratenggaro ini sangat berpotensi dan bisa mengurangi tingkat
kemiskinan masyarakat Desa Maliti Bondo Ate. Sebab masyarakat kampung dapat menjual kerajinan-kerajinan tangan yang
terbuat dari bahan lokal namun bernlai seni tinggi. Umumnya setiap tamu yang datang di kampung
Ratenggaro pasti berbelanja barang kerajinan masyarakat. “Kampung Ratenggaro
merupakan kampung yg berpotensi, masyarakat bisa memanfaatkan kesempatan ini
untuk memperjual belikan kain motif Sumba yang sudah dibuat dengan menggunakan
bahan lokal dengan harga sampai jutaan rupiah, dan juga barang kerajinan
yang lain seperti kaleku, tempat kapur, Mamoli dan masih banyak lagi” ungkap
kepala Desa Maliti Bondo Ate.
Jalan Masuk
Juga perlu diperbaiki
Tokoh masyarakat
kampung adat Ratenggaro Martinus mengatakan bahwa selain penerangan, kendala
lain yang sering dikeluhkan masyarakat
adalah perbaikan jalan masuk menuju kampung wisata Ratenggaro. Jalan sepanjang
kurang lebih 5 km tersebut perlu juga mendapat perhatian pemerintah Daerah
sebab sudah rusak berat. Hal ini sangat penting untuk menunjang kenyamanan para wisatawan dalam menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat menuju Lokasi wisata tersebut.
Tentang hal
ini kepala desa Maliti Bondo Ate mengatakan
bahwa pemerintah Desa Maliti Bondo Ate sudah mengambil kebijakan untuk
memfasilitasi kampung adat Ratenggaro dengan menggunakan Dana Desa ditahun 2019.
Sesuai perencanaan desa, Pemerintah Desa akan membantu membangun jalan menuju
kampung adat Ratenggaro dan tangga turun dari kampung menuju pantai. Namun demikian
karena kemampuan desa cukup terbatas maka beliau tetap berharap agar pemerintah
daerah dapat mengambil alih perbaikan ruas jalan sepanjang 5 KM yang saat ini
sudah ada. Sementara itu desa akan membangun jalan antar kampung adat .
Sebagai informasi
bahwa kampung adat Ratenggaro ini tetap lestari oleh karena masyarakat setempat tetap berkomitmen untuk
mempertahankan kearifan lokal peninggaan nenek moyang tersebut. Selain demi menjaga keaslian adat budaya
leluhur namun melestarikan situs kampung adat ini berhubungan sangat erat
dengan kesehatan dan keselamatan warga kampung tersebut. Rian
KOMENTAR