wartantt.com, EKONOMI - Bank Dunia menilai risiko Indonesia untuk mengalami krisis keuangan sangat kecil. Hal ini karena fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan koordinasi kebijakan yang baik antar instansi.
Country Director World Bank Indonesia, Rodrigo Chavez, mengatakan risiko pertumbuhan ekonomi yang melambat tetap ada namun risiko yang terkait dengan krisis keuangan bagi Indonesia sangat kecil.
"Tetap kecil karena adanya koordinasi kebijakan yang baik dan fundamental yang kuat," kata dia dalam acara laporan Indonesia Economic Quarterly Bank Dunia edisi September 2018 yang dirilis hari ini di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (20/9).
Dia menjelaskan, setelah menurun dari rekor tertingginya di awal tahun, cadangan devisa Indonesia masih tetap sehat, yakni sebesar nilai impor selama 8 bulan. "Meskipun ada intervensi untuk meminimalkan gejolak, Bank Indonesia (BI) telah menjaga cadangan devisa dengan membiarkan depresiasi berjalan sesuai dengan nilai di pasar dibandingkan dengan mempertahankan nilai tukar yang tetap," ujarnya.
Selain itu, kebijakan moneter juga telah diperketat untuk menjaga perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat. "Demikian pula kebijakan fiskal telah secara konsisten dilakukan secara berhati-hati: defisit tetap rendah dan utang pemerintah kurang dari setengah ambang batas legal sebesar 60 persen dari PDB, di mana 58 persennya dalam mata uang lokal."
"Tetap kecil karena adanya koordinasi kebijakan yang baik dan fundamental yang kuat," kata dia dalam acara laporan Indonesia Economic Quarterly Bank Dunia edisi September 2018 yang dirilis hari ini di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (20/9).
Dia menjelaskan, setelah menurun dari rekor tertingginya di awal tahun, cadangan devisa Indonesia masih tetap sehat, yakni sebesar nilai impor selama 8 bulan. "Meskipun ada intervensi untuk meminimalkan gejolak, Bank Indonesia (BI) telah menjaga cadangan devisa dengan membiarkan depresiasi berjalan sesuai dengan nilai di pasar dibandingkan dengan mempertahankan nilai tukar yang tetap," ujarnya.
Selain itu, kebijakan moneter juga telah diperketat untuk menjaga perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat. "Demikian pula kebijakan fiskal telah secara konsisten dilakukan secara berhati-hati: defisit tetap rendah dan utang pemerintah kurang dari setengah ambang batas legal sebesar 60 persen dari PDB, di mana 58 persennya dalam mata uang lokal."
Pada saat yang sama, lanjutnya, sektor perbankan dan keuangan tetap sehat. Pertumbuhan kredit meningkat tetapi tidak meningkat tanpa kendali, dan struktur permodalan bank yang sehat dengan tingkat kredit macet yang rendah.
"Yang paling penting adalah, otoritas fiskal dan moneter, serta eksekutif, telah memberikan sinyal yang konsisten dan kuat bahwa mereka memprioritaskan stabilitas dan akan terus bertindak sesuai dengan komitmen tersebut."
Selain itu, untuk merespon peningkatan gejolak pasar keuangan global, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga kebijakannya secara kumulatif sebesar 125 basis poin sejak bulan Mei. "Untuk memberikan sinyal komitmennya terhadap stabilitas, meskipun inflasi di Triwulan ke-2 sebesar 3,3 persen, yang berada di bawah target BI."
"Yang paling penting adalah, otoritas fiskal dan moneter, serta eksekutif, telah memberikan sinyal yang konsisten dan kuat bahwa mereka memprioritaskan stabilitas dan akan terus bertindak sesuai dengan komitmen tersebut."
Selain itu, untuk merespon peningkatan gejolak pasar keuangan global, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga kebijakannya secara kumulatif sebesar 125 basis poin sejak bulan Mei. "Untuk memberikan sinyal komitmennya terhadap stabilitas, meskipun inflasi di Triwulan ke-2 sebesar 3,3 persen, yang berada di bawah target BI."
KOMENTAR