"Semenjak kasus penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mencuat ke permukaan, nama FPI kembali disebut-sebut. Hal itu disebabkan karena FPI bersama GNPF-MUI telah beberapa kali melakukan aksi demonstrasi menuntut penahanan terhadap Ahok. Mereka pun memberi aneka nama terhadap aksi demonstrasi yang mereka buat: mulai dari ‘aksi damai’ hingga ‘aksi super damai’, dari aksi jilid I sampai jilid III, serta aksi 411, 212, dan 161."Sejak aksi demonstrasi yang berjilid-jilid itu, FPI tampaknya merasa berada ‘di atas angin’. Mereka merasa mendapat dukungan penuh dari banyak orang dan merasa bahwa kekuatan massa ada di tangan mereka. Mungkin karena alasan itulah makanya baru-baru ini sempat heboh dengan beredarnya surat dukungan terhadap pengangkatan Habib Rizieq sebagai imam besar umat Islam Indonesia. Akibat dari beredarnya surat tersebut, muncullah berbagai pemberitaan di sejumlah media mengenai adanya penolakan dari sejumlah kalangan.
Entah siapa yang memulainya, surat kontroversial itu sepertinya memang sengaja dibuat hanya sekedar untuk coba-coba. Ya coba-coba siapa tahu ada respons yang baik dari umat Islam Indonesia. Jika memang tidak ada yang merespons baik ya tidak apa-apa. Buktinya, sampai saat ini tidak ada satu pun orang yang mengakui sebagai pembuat surat itu.
Siapapun yang membuat surat tersebut, tidaklah penting. Yang lebih penting adalah bahwa dengan adanya penolakan di masyarakat setidaknya menjadi pelajaran bagi Habib Rizieq dan para pendukungnya bahwa orang yang selama ini ikut demo tidak dengan sendirinya mendukung Habib Rizieq sebagai imam besar umat Islam Indonesia.
Akhir-akhir ini penolakan di masyarakat tidak lagi hanya berkaitan dengan pengangkatan Habib Rizieq sebagai imam besar umat Islam Indonesia, tetapi juga menyangkut keberadaan FPI. Rasa-rasanya kehadiran FPI sudah seperti momok yang menakutkan di tengah masyarakat. Semakin seringnya FPI turun ke jalan (dan kadang-kadang anarkis) membuat orang tidak senang dengan kelompok ini. Apalagi setelah mereka meminta Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian untuk segera mencopot Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan dan Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh pak Kapolda Metro Jaya, “Memang siapa Rizieq mau copot saya?”
Banyak kalangan mendesak pemerintah supaya segera membubarkan FPI. Bahkan ada kelompok yang sudah membuat petisi yang meminta FPI supaya dibubarkan dan dijadikan sebagai ormas yang terlarang. Petisi ini ditandatangani oleh 35.726 pendukung. Namun pemerintah tampaknya masih sungkan membubarkan FPI entah apa alasannya. Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian pun pernah mengakui bahwa pihaknya sudah menerima banyak laporan atas aksi-aksi anarkis yang pernah dilakukan FPI. Namun, polisi tidak bisa langsung memutuskan pembubaran terhadap FPI karena belum ada landasan hukum. Apakah FPI sedemikian kebalnya terhadap hukum sehingga untuk membubarkannya begitu sulit? Entahlah.
Semua orang menilai bahwa seharusnya FPI selaku ormas yang mengatasnamakan agama lebih mengedepankan kesejukan dan kedamaian, bukan perpecahan. Apakah tidak lebih baik jika FPI menyampaikan segala aspirasinya dengan cara-cara yang lembut dan tanpa harus melalui aksi demonstrasi? Jika memang tidak ada cara lain selain harus lewat demonstrasi dan ternyata dalam setiap demonstrasi itu seringkali anarkis, maka pemerintah lebih baik membubarkan saja kelompok ini.
Mungkin menjadi bahan permenungan bagi FPI bahwa banyaknya penolakan di beberapa daerah disebabkan karena sikap anggota FPI yang kadang-kadang menyimpang. Jika saja anggota FPI tidak anarkis, saya yakin banyak orang senang dengan FPI.
FPI perlu melihat dirinya dari kacamata orang luar, bukan dari kacamata sesama anggota. Apa kata orang luar tentang FPI, itulah yang seharusnya dilihat oleh anggota FPI. Sesama anggota jelas menyukai FPI, tetapi orang luar kan tidak. Nah, mengapa orang luar tidak suka dengan FPI? Pastilah ada alasannya. Alasannya jelas: FPI terlalu sering turun ke jalan dan kadang-kadang anarkis.
(Jufri Kano)
KOMENTAR