Kota Kupang, WartaNTT.com - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Indonesia menilai kerukunan dan toleransi besar Indonesia tumbuh dengan baik di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagaimana dilansir dari rri.co.id.
Penegasan ini disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Indonesia, Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri di Kupang dalam acara Konfrensi Wilayah Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Timur IX Tahun 2016, 15-18 April di Kupang.
Ia mengatakan sikap rasa toleransi yang tinggi di NTT, sudah sangat sesuai dengan prinsip-prinsip dan kaidah N.U Indonesia.
Dijelaskan, N.U adalah sebuah organisasi Religius-Nasionalis yang sangat besar, karena jumlah pengikutnya sesuai data statistic, sudah mencapai 93 juta orang.
Oleh karena itu, besarnya organisasi religious-nasionalis ini dari waktu ke waktu terus berupaya mengedepankan sikap, toleransi, rukun, dan damai antara sesame.
Menurut Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri, N.U sendiri memiliki tiga prinsip utama dalam menjalankan roda organisasinya yakni, toleransi, moderat dan tidak ekstrim, menuntut masyarakat menjadi makmur.
Khusus berkaitan dengan toleransi, pihaknya menyampaikan bahwa N.U selalu menerima budaya setempat, sehingga kehadirannya diterima dimana-mana, di Seluruh Wilayah Nusantara.
Hadji. Mohamad Salim Al-Djuri juga memuji NTT sebagai daerah yang menjunjung nilai-nilai toleransi tertinggi di Indonesia.
“Dengan prinsip utama N.U yang pertama adalah toleran, kita menerima semua keberagaman, suku, agama, dan bahasa sebagai sebuah kebhinekaan Indonesia. Ini prinsip dasar yang perlu dijaga warga N.U di seluruh Wilayah Indonesia. Karena N.U, tidak mentolerir yang namanya kekerasan, teroris, dan upaya-upaya meronrong NKRI. Bagi N.U. NKRI adalah harga mati. Saya tegaskan bahwa, sisi toleransi tertinggi di Indonesia, ada di NTT,” tegas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Indonesia, Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri di Kupang dalam acara Konfrensi Wilayah Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Timur IX Tahun 2016, 15-18 April di Kupang.
Sementara itu, berkaitan dengan prinsip moderat, Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri menekankan bahwa, organisasi religious-nasional ini selalu menerima semua perbedaaan.
Bagi N.U, NKRI adalah harga mati, dan tidak ditawar-tawar.
Sedangkan dalam kaitan dengan prisip kemakmuran, Organisasi N.U selalu berupaya mengangkat harkat dan martabat masyarakat dari kemiskinan.
Masyarakat Islam N.U tidak boleh mengaku miskin.
Langkah yang ditempuh mengatasi persoalan tersebut adalah, saling menopang, bekerja keras, untuk kehidupan keluarga yang lebih makmur dan sejahtera.
Pihaknya juga menyinggung proses Pilkada Gubernur DKI Jakarta, dimana ada kelompok orang yang membawa nama agama, suku, pihaknya kembali menegaskan bahwa, sesuai prinsip-prinsip N.U tersebut, mereka menolak segala bentuk kekerasan yang mengecam orang perorangan atau pun figure yang ingin maju dalam suksesi ini.
Karena bagi N.U, siapa pun yang memimpin negeri ini, yang terpenting adalah memperjuangkan hak-hak rakyat, bukan kepentingan dirinya atau kelompok tertentu. Itulah prinsip dan sikap N.U Indonesia. (AT/AKS)
Penegasan ini disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Indonesia, Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri di Kupang dalam acara Konfrensi Wilayah Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Timur IX Tahun 2016, 15-18 April di Kupang.
Ia mengatakan sikap rasa toleransi yang tinggi di NTT, sudah sangat sesuai dengan prinsip-prinsip dan kaidah N.U Indonesia.
Dijelaskan, N.U adalah sebuah organisasi Religius-Nasionalis yang sangat besar, karena jumlah pengikutnya sesuai data statistic, sudah mencapai 93 juta orang.
Oleh karena itu, besarnya organisasi religious-nasionalis ini dari waktu ke waktu terus berupaya mengedepankan sikap, toleransi, rukun, dan damai antara sesame.
Menurut Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri, N.U sendiri memiliki tiga prinsip utama dalam menjalankan roda organisasinya yakni, toleransi, moderat dan tidak ekstrim, menuntut masyarakat menjadi makmur.
Khusus berkaitan dengan toleransi, pihaknya menyampaikan bahwa N.U selalu menerima budaya setempat, sehingga kehadirannya diterima dimana-mana, di Seluruh Wilayah Nusantara.
Hadji. Mohamad Salim Al-Djuri juga memuji NTT sebagai daerah yang menjunjung nilai-nilai toleransi tertinggi di Indonesia.
“Dengan prinsip utama N.U yang pertama adalah toleran, kita menerima semua keberagaman, suku, agama, dan bahasa sebagai sebuah kebhinekaan Indonesia. Ini prinsip dasar yang perlu dijaga warga N.U di seluruh Wilayah Indonesia. Karena N.U, tidak mentolerir yang namanya kekerasan, teroris, dan upaya-upaya meronrong NKRI. Bagi N.U. NKRI adalah harga mati. Saya tegaskan bahwa, sisi toleransi tertinggi di Indonesia, ada di NTT,” tegas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Indonesia, Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri di Kupang dalam acara Konfrensi Wilayah Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Timur IX Tahun 2016, 15-18 April di Kupang.
Sementara itu, berkaitan dengan prinsip moderat, Hadji. Mohamad Salim Al-Djufri menekankan bahwa, organisasi religious-nasional ini selalu menerima semua perbedaaan.
Bagi N.U, NKRI adalah harga mati, dan tidak ditawar-tawar.
Sedangkan dalam kaitan dengan prisip kemakmuran, Organisasi N.U selalu berupaya mengangkat harkat dan martabat masyarakat dari kemiskinan.
Masyarakat Islam N.U tidak boleh mengaku miskin.
Langkah yang ditempuh mengatasi persoalan tersebut adalah, saling menopang, bekerja keras, untuk kehidupan keluarga yang lebih makmur dan sejahtera.
Pihaknya juga menyinggung proses Pilkada Gubernur DKI Jakarta, dimana ada kelompok orang yang membawa nama agama, suku, pihaknya kembali menegaskan bahwa, sesuai prinsip-prinsip N.U tersebut, mereka menolak segala bentuk kekerasan yang mengecam orang perorangan atau pun figure yang ingin maju dalam suksesi ini.
Karena bagi N.U, siapa pun yang memimpin negeri ini, yang terpenting adalah memperjuangkan hak-hak rakyat, bukan kepentingan dirinya atau kelompok tertentu. Itulah prinsip dan sikap N.U Indonesia. (AT/AKS)
KOMENTAR